KELAPA SAWIT
I.1. SEJARAH
KELAPA SAWIT
Pohon Kelapa
Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan
untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon Kelapa
Sawit Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat di antara
Angola dan Gambia, manakala Pohon Kelapa Sawit Amerika, Elaeis oleifera,
berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Kelapa sawit
termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya
berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna
merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandungi
minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin.
Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak, khususnya sebagai salah satu bahan
pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Urutan dari turunan Kelapa Sawit:
Kingdom: Tumbuhan
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Arecales
Famili: Arecaceae
Jenis: Elaeis
Spesies: E. Guineensis
I.2. CIRI‐CIRI FISIOLOGI KELAPA SAWIT
A. Daun
daunnya
merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah berwarna sedikit
lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan
duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
B. Batang
Batang tanaman
diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah
yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa.
C. Akar
Akar serabut
tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat
beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan
tambahan aerasi.
D. Bunga
Bunga jantan dan
betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi
penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara
bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
E. Buah
Buah sawit
mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang
digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
a) Eksoskarp, bagian kulit buah
berwarna kemerahan dan licin.
b) Mesoskarp, serabut buah
c) Endoskarp, cangkang pelindung
inti
Inti sawit merupakan endosperm
dan embrio dengan kandungan minyak inti
berkualitas tinggi.
I.3.
PERKEMBANGBIAKAN KELAPA SAWIT
Kelapa sawit
berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu
embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).
Kelapa sawit
memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi
menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang
tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan
buahnya besar‐besar dan
kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki
cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah.
Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap
bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing‐masing
induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil.
Beberapa tenera unggul persentase daging perbuahnya dapat mencapai 90% dan
kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28%.
I.4. HASIL
KELAPA SAWIT
Bagian yang
paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak
goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol,
dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan
baku margarin.
Minyak inti
menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Buah diproses dengan
membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90°C. Daging yang telah
melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing
pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan
pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa
cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur. Sisa pengolahan buah sawit sangat
potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi
kompos.
I.5.
PERKEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT
Kelapa sawit
sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang
menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek
komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah
mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan
kelapa sawit. Berkembangnya sub‐sektor
perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan
pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama kemudahan dalam hal
perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat
dengan pola PIR‐Bun dan dalam
pembukaan wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta.
INDUSTRI
MINYAK KELAPA SAWIT
II.1. MINYAK
KELAPA SAWIT
Produk minyak
kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama
berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran.
Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian
produk. Kelapa sawit bermutu prima (SQ, Special Quality) mengandung asam lemak
(FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2 % pada saat pengapalan. Kualitas
standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5 % FFA. Setelah
pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 % ‐ 22,2 % (tertinggi) dan kadar
asam lemak bebas 1,7 % ‐ 2,1 %
(terendah).
II.2. STANDAR
MUTU MNYAK KELAPA SAWIT
mutu minyak
kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama, benar‐benar murni dan tidak bercampur
dengan minyak nabati lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut dapat ditentukan
dengan menilai sifat‐sifat fisiknya,
yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua,
pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur
berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB,
air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.
Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri
pangan dan non pangan masing‐masing berbeda.
Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus
lebih Diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak
faktor. Faktor‐faktor tersebut
dapat langsung dari sifat induk pohonnya,
penanganan
pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Dari beberapa
faktor yang berkaitan dengan standar mutu minyak sawit tersebut, didapat hasil
dari pengolahan kelapa sawit, seperti di bawah ini :
a) Crude Palm Oil
b) Crude Palm Stearin
c) RBD Palm Oil
d) RBD Olein
e) RBD Stearin
f) Palm Kernel Oil
g) Palm Kernel Fatty Acid
h) Palm Kernel
i) Palm Kernel Expeller (PKE)
j) Palm Cooking Oil
k) Refined Palm Oil (RPO)
l) Refined Bleached Deodorised
Olein (ROL)
m) Refined Bleached Deodorised
Stearin (RPS)
n) Palm Kernel Pellet
o) Palm Kernel Shell Charcoal
Syarat mutu inti kelapa sawit
adalah sebagai berikut:
a) Kadar minyak minimum (%): 48;
cara pengujian SP‐SMP‐13‐1975
b) Kadar air maksimum (%):8,5 ;
cara pengujian SP‐SMP‐7‐1975
c) Kontaminasi maksimum (%):4,0;
cara pengujian SP‐SMP‐31‐19975
d) Kadar inti pecah maksimum (%):15; cara pengujian
SP‐SMP‐31‐1975
III.1. KESIMPULAN
Industri minyak
kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis, karena berhubungan dengan sektor pertanian (agro‐based industry) yang banyak berkembang di negara‐negara
tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand. Hasil industri minyak kelapa
sawit bukan hanya minyak goreng saja, tetapi juga bisa digunakan sebagai bahan dasar
industri lainnya seperti industri makanan, kosmetika dan industri sabun. Prospek
perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini sangat pesat, dimana terjadi
peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat.
Dengan besarnya
produksi yang mampu dihasilkan, tentunya hal ini berdampak positif bagi
perekenomian Indonesia, baik dari segi kontribusinya terhadap pendapatan
negara, maupun besarnya tenaga kerja yang terserap di sektor. Sektor ini juga
mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar perkebunan sawit, di mana
presentase penduduk miskin di areal ini jauh lebih rendah dari angka penduduk
miskin nasional sebesar. Boleh dibilang, industri minyak kelapa sawit ini dapat
diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional.