PERLAKUAN
PASCA PANEN BROKOLI
Brokoli
merupakan anggota dari tanaman kubis-kubisan (Cruciferae) yangbiasa
dikonsumsi dalam keadaan segar dan belum terdapat perubahan, sepertipembusukan
atau tidak terjadi perubahan warna yang asalnya hijau menjadikuning. Bunga
brokoli bermacam-macam sesuai dengan varietasnya, sepertiwarna hijau tua
varietas Sakata, hijau muda varietas Green mountain.Hijaukebiru-biruan
varietas Royal green, hijau keunguan Green king. Bunga dantangkai
brokoli tersebut merupakan bagian yang dikonsumsi masyarakat karenakandungan
gizi dalam brokoli cukup tinggi nilainya untuk meningkatkankesehatan tubuh,
seperti vitamin A, vitamin C, dan beberapa mineral yaituthiamin, niasin,
kalsium, dan zat besi dalam jumlah yang cukup memadai (Rukmana, 1994).
Brokoli adalah salah satu sayuran bunga
yang mudah rusak, karena bunga brokoli tersusun atas jaringan muda yang masih
aktif dalam proses biologis (reaksi enzimatis/biokimia), sehingga perlu suatu
upaya agar sayur brokoli tetap terjaga kesegarannya atau tidak cepat rusak.
Kerusakan ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu mekanis dan biologis. Nilai
kesegaran pada brokoli bias diketahui dari laju respirasi, yang akan mempengaruhi
susut berat, tekstur, kadar air, perubahan warna, kandungan vitamin C atau aktifitas
fisiologis maupun mikrobiologis semakin meningkat (Rukmana, 1994). Untuk
menjaga agar produk selepas panen tetap tahan lama, maka proses metabolisme
harus ditekan serendah mungkin dengan cara penyimpanan dan pengemasan (Ashari,
2006).
Perlakuan pasca panen bertujuan untuk
mengurangi proses terjadinya respirasi dan transpirasi. Dengan terhambatnya
kedua proses tersebut, maka proses biologis (reaksi enzimatis/biokimia) yang terjadi
didalam brokoli juga ikut terhambat
(Cahyono, 2001).
Penyimpanan
suhu rendah disertai dengan pengemasan yang menggunakan plastik polietilen
adalah salah satu proses yang bisa mengurangi laju respirasi karena
pori-porinya tertutup sehingga konsentrasi CO2 atau kadar air terkendali dalam
bungkus plastik. Dengan demikian, disamping ketersediaan O2 terbatas bagi
berlangsungnya proses respirasi bakteri aerob yang telah menempel ke dalam
batang brokoli akan terhambat pertumbuhannya karena tidak bisa mengambil O2
dari udara.
Berdasarkan penelitian Kim, dkk (2002)
bahwa pengemasan disertai dengan temperatur yang tepat bisa mempertahankan
kualitas selada sehingga kandungan vitamin maupun kadar air didalamnya dapat
terjaga dan juga terhindar dari bakteri sehingga tidak terjadi kebusukan pada
selada. Pengemasan tidak hanya dapat melindungi komoditas dari kerusakan
biologis dan fisiologis akan tetapi juga memberikan daya tarik tersendiri bagi
konsumen, dan memudahkan di dalam penataan pada saat pemasaran, terutama
penataan di supermarket (Cahyono, 2001).
Sebagai makanan, brokoli biasanya
direbus atau dikukus, atau dapat pula dimakan mentah.Brokoli mengandung vitamin
C dan serat makanan dalam jumlah banyak.Brokoli juga mengandung senyawa
glukorafanin, yang merupakan bentuk alami senyawa antikanker sulforafana (sulforaphane).Selain
itu, brokoli mengandung senyawa isotiosianat yang diolah memiliki aktivitas
antikanker, sebagaimana sulforafana.
Brokoli juga merupakan sumber penting
protein, tiamin, riboflavin, niasin, kalsium, besi, magnesium, fosfor, dan
zink, serta sangat baik sebagai sumber serat makanan, vitamin B6, asam folat,
asam pantotenat, dan kalium. Sayur ini mengandung sedikit lemak jenuh, dan
sangat sedikit kolesterol (kurang dari 1 g per kg) (Widiarnako dkk, 2002).
Penanganan pasca panen ialah segala
upaya untuk menyiapkan hasil produksi pertanian setelah pemanenan, yang dimulai
dari pengumpulan hasil dan akan berakhir pada tahap pemasaran. Macam
upaya ini tergantung dari jenis bahan pangan hasil panen tersebut, diantaranya
pengeringan, pengangkutan (transpor), penyimpanan, seleksi dan conditioning (bagi
keperluan perdagangan pangan) (Cahyono, 2001).
Tujuan utama penanganan pasca panen
adalah untuk menyiapkan hasil panen agar tahan disimpan jangka panjang tanpa
mengalami kerusakan terlalu banyak dan dapat dipasarkan dalam kondisi baik,
tidak banyak terbuang karena rusak.Penanganan pasca panen bahan makanan dan
hasil panen lainnya di Indonesia belum mencapai taraf yang diinginkan.Setiap
tahun masih terlalu banyak bahan makanan hasil panen yang terbuang karena rusak
dalam penyimpanan atau tercecer ketika diangkut (Sediaoetama, 2000).
Menurut Rubatzky (1998), Kubis dan kolrabi
memiliki sifat pasca panen yang baik, dalam hal lamanya kualitas produk
dapat dipertahankan karena laju respirasinya yang tinggi. Tanaman kubis-kubisan
seperti kubis bunga, brokoli, kale, dan collad cenderung cepat mengalami
desikasi.Karena itu, penyimpanan pada suhu rendah sangat diperlukan pada
komoditas ini.Pada brokoli biasanya disimpan kurang dari 1 minggu pada suhu
0-5oC atau pada suhu rendah.Tanaman kubis-kubisan sering dikemas untuk
mempertahankan kesegarannya dan kerusakan jaringan.
Pada saat sayuran dan buah-buahan
dipanen akan mengalami perubahan mutu atau kualitas. Mutu sayuran dan
buah-buahan tersebut berangsur-angsur turun sejalan dengan transpirasi, respirasi,
perubahan fisika dan biokimia yang lain terjadi. Akhirnya oleh aktivitas enzim
dan mikroorganisme perusak, produk hasil tanaman akan mencapai suatu titik
kerusakan yang tidak dapat lagi diterima oleh konsumen atau oleh pengolah.
Selama pertumbuhan dan pemasakan, sayuran dan buah sangat bergantung pada
fotosintesis dan penyerapan air maupun mineral tanaman induknya. Tetapi setelah
pemetikan, buah atau sayuran merupakan suatu unit tersendiri yang tidak lagi
bergantung pada tanaman induknya sehingga proses respirasi dan traspirasi
merupakan fungsi utamanya (Harris dkk, 1989).
Penyimpanan
Penyimpanan yang biasa dilakukan ialah
dalam refrigerator atau ruang pendingin.Cara ini sangat efektif untuk mencegah
kerusakan hasil panen.Jenis tanaman sayur, seperti buncis, selada, brokoli,
serta sayuran lainnya baik disimpan pada suhu rendah atau pada kondisi sejuk
(dibawah 10oC) karena bisa mengurangi kerusakan hasil panen yang disebabkan
oleh mikroorganisme.(Ashari, 2006).
Penyimpanan dalam suhu dingin merupakan
cara terbaik untuk mengawetkan sayuran. Rasa/bau, warna, bentuk, tekstur dan
nutrisi sayuran biasanya masih seperti semula bila disimpan dalam suhu dingin,
tidak sebagaimana dengan cara penyimpanan lainnya. Penyimpanan pada suhu dingin
tidak dapat meningkatkan kualitas produk. Oleh karenanya, sayuran yang akan
disimpan dalam suhu dingin harus dipanen pada saat kondisi prima. Sebaiknya
dilakukan panen pada pagi hari dan segera disimpan dan dimasukkan dalam
refrigrator untuk mempertahankan kualitasnya serta mencegah kehilangan
vitaminnya (Ashari, 2006).
Penyimpanan dapat bersifat jangka pendek
dan jangka panjang.Kegiatan yang sementara diperlukan untuk komoditi yang mudah
rusak, yang memerlukan pemasaran segera.Tujuan penyimpanan jangka menengah
adalah mengendalikan melimpahnya komoditi ke pasaran tanpa terlalu banyak
menimbulkan kemunduran mutu.Kegiatan ini dapat berlangsung dari 1 sampai 6
minggu, bergantung pada keperluannya.Buah mangga, papaya, kubis bunga, kubis, brokoli,
tomat dan buncis diangkut keruang-ruang penyimpanan jangka pendek.Komoditi
seperti apel, jeruk, bawang merah, bawang putih, wortel dll disimpan
waktu-waktu yang lebih lama.Kegiatan inilah yang disebut dengan penyimpanan
jangka panjang (Pantastico, 1993).
Tujuan utama penyimpanan adalah
pengendalian laju transpirasi, respirasi, infeksi, dan mempertahankan produk
dalam bentuk yang paling berguna bagi konsumen.Umur simpan dapat diperpanjang
dengan pengendalian penyakitpenyakit pasca panen, pengaturan atmosfer perlakuan
kimia, penyinaran, pengemasan serta pendinginan (Pantastico, 1993).
Keuntungan utama penyimpanan brokoli
pada 5 sampai 20% CO2 adalah dipertahankannya warna hijau, kelunakan, dan
diperlambatkannya pertumbuhan jamur (Leberman dkk, 1968 dalam Pantastico 1993).
Pengemasann
Pengemasan dalam bungkus plastik dapat
timbul udara termodifikasi yang menguntungkan.Udara yang telah mengalami
perubahan itu menghambat pematangan dan memperpanjang umur simpan hasil-hasil
seperti tomat dan pisang.Pengemasan memberikan keuntungan-keuntungan dari segi
kesehatan.Setiap wadah tertutup dapat ikut membantu menghindarkan barang dari
debu atau terhindar dari kontaminasi zat-zat yang ada (Susanto, 1994).
Berbagai macam bahan pengemas dapat
digunakan untuk mengemas masa broccoli, misalnya papan kayu, bambo yang dianyam
menjadi keranjang, karton, plastik biasa atau plastik PE, dan sebagainya.
Penyimpanan dengan menggunakan kantong plastic juga dapat menghambat proses
pematangan masa bunga broccoli. Kantong plastic yang digunakan dapat berupa
kantong plastic biasa dengan ketebalan 0,02 mm atau kantong plastik Poly
Ethylene (PE) dengan ketebalan 0,03 mm ( Cahyono, 2001).
Menurut
Cahyono, (2001). Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari pengemasan yang
baik, adalah sebagai berikut:
a.
Brokoli yang dikemas dapat terhindar dari kerusakan mekanis, kerusakan
fisiologis,
maupun kerusakan mikrobiologis.
b.
Kesegaran atau kualitas sayur dapat dipertahankan hingga sampai ke
konsumen
(pasar) sehingga tidak menurunkan nilai jualnya.
c.
Dengan pengemasan akan memudahkan dalam penyimpanan dan
pengangkutan.
Diantara bahan pengemas tersebut yang
banyak digunakan adalah plastic polyethylene, menurut Winarno, (1991) plastik
polyethylene berdensitas rendah (low density polyethylene/LDPE) merupakan
plastik tipis yang murah dengan kekuatan tegangan yang sedang, terang dan
merupakan penahan air dan digunakan untuk mengemas produk segar dan dicetak
menjadi berbagai bentuk kemasan terutama bagi keperluan suhu rendah (Winarno,
1991).
Plastik polyethylene banyak digunakan
dalam industri pengemasan, karena merupakan plastik fleksibel yang terbuat dari
polimer hidrokarbon dengan ikatan lurus (CH2-CH2)(Hanion, 1994 dalam Widarni,
Tanti, 2004). Keuntungan plastic polyethylene adalah memberikan perlindungan
yang baik untuk bahan pengemas, penahan air, rapat dalam bentuk pengemasan
(Wootton dkk, 1987).
Pendinginan
Berdasarkan Penelitian Tawali dkk (2004)
buah-buahan dan sayur-sayuran memerlukan pendinginan yang relatif cepat untuk mempertahankan
kualitasnya. Penggunaan suhu rendah merupakan cara yang efektif untuk
memperpanjang daya simpan bahan segar. Penggunaan suhu rendah pada prinsipnya
akan menurunkan semua kegiatan metabolisme, termasuk menunda proses pemasakan
bahan.
Menurut Pantastico (1993) pertumbuhan
bakteri di bawah suhu 10oC akan semakin lambat dengan semakin rendahnya suhu.
Pada saat air dalam bahan pangan membeku seluruhnya, maka tidak ada lagi
pembelahan sel bakteri. Pada sebagian bahan pangan air tidak membeku sampai
suhu –9,5oC atau di bawahnya karena adanya gula, garam, asam dan senyawa
terlarut lain yang dapat menurunkan titik beku air. Lambatnya pertumbuhan
mikroba pada suhu yang lebih rendah ini menjadi dasar dari proses pendinginan
dan pembekuan dalam pengawetan pangan. Proses pendinginan dan pembekuan tidak
mampu membunuh semua mikroba, sehingga pada saat dicairkan kembali (thawing),
sel mikroba
yang
tahan terhadap suhu rendah akan mulai aktif kembali dan dapat menimbulkan
masalah kebusukan pada bahan pangan yang bersangkutan.
Pendinginan dapat memperpanjang masa
simpan sayuran dan buah-buahan.Namun tidak semua sayuran dan buah-buahan dapat
disimpan dipertahankan kualitasnya.Pendinginan umumnya merupakan suatu metode
pengawetan yang ringan, pengaruhnya kecil sekali terhadap mutu bahan pangan
secara keseluruhan.Oleh sebab itu pendinginan seperti di dalam lemari es dan
freezer sangat cocok untuk memperpanjang kesegaran atau masa simpan sayuran dan
buah-buahan (Pantastico, 1993).
Tergantung pada jenis bahan pangan, suhu
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mempercepat kerusakan bahan
pangan. Oleh karena itu, jika proses pendinginan atau pemanasan tidak
dikendalikan dengan benar, maka dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan.
Penurunan suhu yang terlalu besar hanya
dapat memperpanjang daya simpan dalam beberapa hari saja. Suhu penyimpanan yang
rendah sekali dilakukan terlalu lama walaupun dapat mencegah proses pemasakan
tetapi dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan, misalnya pengeriputan kulit,
pelunakan jaringan, dan juga perubahan warna (Hendiwinata, 2007).
Kegunaan suhu rendah pada tempat
penyimpanan sebagian besar karena pengaruhnya dalam menurunkan kerja
(aktivitas) enzim-enzim respirasi dengan enzim lain pada jaringan tumbuhan
tingkat tinggi, bakteri, dan cendawan. Hubungan antara suhu dan respirasi
serupa dengan hubungan antara suhu dan reaksi kimiawi lainnya pada kisaran
tertentu laju respirasi meningkat dua atau tiga kali lipat dengan setiap
kenaikan suhu 10°C sampai suhu diatas 37,8 °C. (Citrosomo, 1984).
Suhu penyimpanan bahan mentah juga
berpengaruh terhadap kerusakan mikrobiologis, fisiologis, fisis dan sebagainya.
Suhu penyimpanan yang terlalu rendah akan menyebabkan adanya kerusakan fisis
seperti freezing injury maupun cilling injury yaitu kerusakan
karena pembekuan atau pendinginanan. Masing-masing komoditi mempunyai ketahanan
yang berbeda terhadap suatu suhu. Buah-buahan biasanya disimpan pada suhu
dingin (diatas 0oC) sedangkan ikan, udang dan sebagainya pada suhu pembekuan
(dibawah 0oC), suhu yang terlampau tinggi pada proses pengolahan juga akan
menyebabkan kerusakan pada komponen zat gizi seperti denaturasi protein,
kerusakan vitamin. Dengan demikian perlu diinformasikan mengenai suhu
pengolahan, sehingga diperoleh suatu penurunan jumlah bakteri pembusuk dan
aktifitas enzim, tetapi tidak merusak zat gizi bahan tersebut (Susanto dkk,
2004).
Pengaruh
suhu penyimpanan dan pengemasan terhadap kesegaran brokoli
Suhu penyimpanan dan pengemasan
berpengaruh terhadap kesegaran brokoli dariberbagai parameter yaitu komoditi yang dikemas dengan plastic
poliethylen mempunyai laju respirasi yang rendah. Dan sebaliknya tanpa
pengemasan akan mengakibatkan percepatan laju respirasi. Pantastico (1989),
berpendapat bahwa kadar CO2 dan O2 yang sama rendahnya dengan dikombinasikan
kemasan plastik polyethilen dapat menurunkan laju respirasi.
Sebagian besar perubahan-perubahan
fisikokimia yang terjadi dalam sayuran maupun buah-buahan yang sudah dipanen
berhubungan dengan metabolisme oksidatif, termasuk di dalamnya respirasi.Laju
respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk daya simpan sayur sesudah
dipanen.Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya metabolisme,
oleh karena itu laju respirasi yang tinggi biasanya disertai dengan umur simpan
yang pendek.Besar kecilnya respirasi dapat dilihat dengan menentukan jumlah
substrat yang hilang, O2 yang diserap atau CO2 yang dikeluarkan.Pengukuran CO2
dapat digunakan sebagai salah satu indikator terjadinya berbagai macam
perubahan dan kemasakan (Kays, 1991).Kecepatan respirasi pada sayur meningkat
dengan meningkatnya suplai oksigen. Jika konsentrasi O2 lebih dari 20 persen
respirasi, maka hanya terdapat sedikit pengaruh terhadap umur simpan sayur, dan
apabila konsetrasi CO2 yang cukup tinggi dapat memperpanjang masa simpan sayur
(Muchtadi, 1992).
Kegunaan suhu rendah pada tempat
penyimpanan sebagian besar karenapengaruhnya dalam menurunkan kerja (aktivitas)
enzim-enzim respirasi dengan enzim lain pada jaringan tumbuhan tingkat tinggi,
bakteri, dan cendawan. Hubungan antara suhu dan respirasi serupa dengan
hubungan antara suhu dan reaksi kimiawi lainnya, pada kisaran tertentu laju
respirasi meningkat dua atau tiga kali lipat dengan setiap kenaikan suhu 10°C
sampai suhu diatas 37,8 °C (Citrosomo, 1984).
Dilihat dari segi kelembaban yang
mendekati 100% pada suhu dingin dan disertai dengan pengemasan yang menggunakan
plastik polyethilen bias mengurangi proses laju respirasi, pengaruh itu
dianggap terjadi akibat suhu pada sayur yang dalam kantung plastik lebih tinggi
daripada buah yang tidak dimasukkan kantung. Respirasi adalah proses oksidasi
enzimatis substrat karbohidrat (terutama glukosa) yang menghasilkan gas CO2 dan
air serta energi. Energi yang dihasilkan digunakan oleh buah atau sayuran untuk
melangsungkan proses-proses metabolisme didalam sel-selnya (Muchtadi, 1992).
Pengaruh
suhu penyimpanan dan pengemasan terhadap kadar air Brokoli
Brokoli yang dikemas mengalami kebusukan
jika disimpan pada suhu yang tinggi karena dapat menstimulus peningkatan
respirasi, yang disebabkan karena adanya peningkatan aktivitas enzim-enzim,
sehingga kadar air sedikit dan tingkat kesegaran akan semakin menurun. Brokoli
yang tidak dikemas tidak mengalami kebusukan meskipun disimpan pada suhu yang
tinggi karena sirkulasi O2 dan CO2 sejalan, sehingga kadar airnya lebih banyak
dibandingkan dengan yang dikemas. Kadar air brokoli pada perlakuan suhu
penyimpanan yang rendah dan dikemas bisa mempertahankan kesegaran karena proses
laju respirasi terhambat dan sebaliknya jika pada suhu penyimpanan yang tinggi,
maka kadar air yang terkandung pada brokoli akan semakin menurun sehingga
kesegaran ikutmenurun. Menurut Syarif dan Halid (1993), bahan pengemas dan suhu
rendah dapat menekan laju respirasi serta mempertahankan kesegaran.
Kadar
air merupakan faktor utama yang mempengaruhi kualitas simpan sejumlah makanan,
karena aktivitas air berpengaruh besar terhadap laju dari banyak reaksi kimia
dalam makanan dan terhadap laju pertumbuhan mikroba, sudah jelas bahwa
pengemasan dapat membantu banyak untuk menjaga kondisi optimum agar dapat tahan
lama.Isoterm sorpsi berperan penting pada pemilihan bahan kemas. Produk
higroskopik selalu mempunyai isotherm sorpsi yang curam dan akan mencapai
daerah kandungan air kritik sebelum mencapai kondisi iklim luar. Ada beberapa
makanan yang kelembapan nisbi kesetimbangannya di atas kondisi iklim luar.
Dengan demikian bahan kemas bekerja melindungi produk agar tidak kehilangan air
(Apandi, 1984).
Air merupakan kandungan penting pada
banyak makanan.Air dapat berupa komponen intrasel dan ekstraseluler dalam
sayuran atau produk hewani, sehingga pengaruh aktivitas air terhadap kualitas
dan pembusukan pangan makin disadari merupakan faktor yang penting.Kandungan
air dan aktivitas air mempengaruhi perkembangan reaksi pembusukan secara kimia
dan mikrobiologi dalam makanan.Makanan yang dikeringkan atau dikeringbekukan,
yang mempunyai kestabilan tinggi pada penyimpanan, biasanya rentang kandungan
airnya sekitar 5 sampai 15% (Muchtadi, 1992).
Menurut Widyaningsih (2004), kelembaban
udara disekitar bahan akan mempengaruhi kadar air suatu bahan pangan. Bahan
pangan yang mempunyai kadar air rendah, apabila disimpan dalam suatu kondisi
yang lembab akan menyerap air dari udara sekitarnya. Penurunan suhu juga akan
menyebabkan terjadinya kendensasi uap air pada permukaan bahan sehingga kadar
airnya akan meningkat. Adanya kondensasi ini dapat dipakai sebagai media yang
baik bagi pertumbuhan bakteri atau jamur.
Pengaruh
suhu penyimpanan dan pengemasan terhadap warna
Perlakuan pengemasan dapat
mempertahankan warna dasar dari brokoli (hijau kebiruan).Warna yang bisa
dipertahankan atau yang sesuai warna sebelumnya adalah pada perlakuan suhu
penyimpanan 0oC dan disertai dengan pengemasan dengan plastik polyethilen
Menurut Susanto (1994), pigmen utama
yang terdapat dalam jaringan tanaman adalah klorofil, karotenoid dan flavonoid.
Macam dan jumlah pigmen dalam jaringan tanaman tergantung pada spesies,
varietas, derajat kemasakan, tempat tumbuh dan lain-lain.Sebagian besar pigmen
ini mengalami perubahan selama penyimpanan dan pengolahan. Klorofil A dan B
kadarnya mencapai 0,1% berat bahan segar pada daun hijau. Klorofil ini terdapat
dalam kloroplas dan umumnya akan turun pada permulaan senessence tanaman.
Warna kuning, oraye atau merah disebabkan karena pigmen karena pigmen
karotenoid. Karotenoid dalam jumlah yang kecil (0,005-0,008% berat bahan segar)
terdapat bersama klorofil. Disamping itu karotenoid terdapat pada
jaringan-jaringan yang tidak hijau sebagai Kristal-kristal kecil dalam
sitoplasma, atau dalam membaran yang membatasi kromoplas. Karotenoid yang
terdapat selain dikloroplas, dalam hal tetentu dapat terakumulasi kurang lebih
0,1% berat bahan segar. Karotenoid ini menyebabkan warna kuning sampai merah
pada berbagai buah dan sayur .
Perlakuan pengemasan plastik polyethilen
dengan suhu penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan warna (Susanto, 1994).
Disisi lain peran atau fungsi dari polyethilen sendiri berperan mempertahankan
kondisi warna dasar. Oleh karena itu tingkat kecerahan lebih tinggi pada
perlakuan yang dikemas daripada yang tidak dikemas.perlakuan suhu penyimpanan
tanpa pengemasan mengacu pada proses perubahan warna menuju level yang lebih
rendah. Sedangkan perlakuan yang dikemas menghambat laju proses perubahan warna
yang mana dapat dihambat dengan plastik polyethilen.
Menurut Winarno (1993), warna dikatakan
indikator terhadap kesegaran, apabila kenampakan masih terlihat aslinya atau
warna dasarnya tidak terjadi perubahan. Warna yang ditimbulkan pada perlakuan
yang dikemas serta pada suhu penyimpanan tingkat kecerahan dapat dipertahankan
yang mana akan diikuti koordinat kromatitis (a, b), sehingga warna hijau tetap
bisa terjaga. Sebaliknya perlakuan yang tidak dikemas tingkat kecerahan semakin
turun atau warna menjadi pudar dan juga koordinat kromatitis semakin tinggi
sehingga menyebabkan perubahan yang signifikan dan warna hijau tidak bias
dipertahankan.Dalam penelitian Kim (2004), bahwa pengemasan pada salad dapat
mempertahankan kesegaran, sehingga warna dasar tidak berubah.
Tingkat kecerahan bisa dilihat dari
kenampakan warna yang berbeda-beda, perubahan ini terjadi karena kandungan
warna (pigmen) pada sayur tersebut terdiri dari klorofil, karotenoid, dan grup
flavonoid yang terdiri dari antosianin, antoksantin dan tannin.Pada
sayur-sayuran terutama yang berwarna hijau mengandung banyak klorofil.Klorofil
terdapat didalam suatu organ sel yang disebut kloroplas (Muchtadi, 1992). Dari
sinilah umumnya warna dari sayuran digunakan indeks kesegaran karena setelah
dipanen klorofil yang asalnya dominan akan terdegradasi.
Apandi (1984), berpendapat bahwa
perubahan warna merupakan perubahan yang paling menonjol pada waktu
pemasakan.Perombakan atau degradasi klorofil yang menyebabkan karotenoid yang
sudah ada namun tidak nyata, menjadi nyata berwarna kuning.Menurut pantastico et
al (1993), bahwa sebagian besar perubahan fisiko kimiawi yang terjadi pada
buah setelah panen berhubungan dengan respirasi dan perubahan warna sehingga
kehilangan kesegaran dan penyusutan kualitas.Warna buah masak disebabkan oleh
sintesa karotenoid dan antosianin.Pada periode lewat matang ditandai dengan
terjadinya reduksi karoten (berwarna kuning, orange sampai merah).
Sintesa pigmen dan pemecahannya pada
sayur dan buah, sangat dipengaruhi oleh kondisi penyimpanan.Dua hormon tumbuh
berpengaruh terhadap metabolisme pigmen.Hormon etilen dapat memacu mulainya
katabolisme klorofil pada hasil tanaman (Susanto, 1994).
Pengaruh
Suhu Penyimpanan dan Pengemasan terhadap Vitamin C
Pengaruh suhu penyimpanan dan pengemasan
terhadap vitamin C menunjukkan adanya pengaruh suhu penyimpanan dan pengemasan
terhadap vitamin C. Hal ini dikarenakan pengemasan dengan suhu yang tepat dapat
menghambat respirasi sayur sehingga kandungan vitamin C dapat dipertahankan,
atau bisa dikatakan suhu mempunyai pengaruh terhadap kecepatan suatu reaksi
kimia dalam bahan pangan yang dikatalis oleh kerja enzim, sehingga pada suhu penyimpanan
yang paling rendah (0oC) kerja enzim akan terhambat dan vitamin C akan tetap
terjaga.
Menurut Winarno (1993), vitamin C
merupakan vitamin yang mudah rusak. Selain larut dalam air, vitamin C mudah
hilang dalam proses oksidasi yang bisa dipercepat oleh panas atau sinar
matahari, enzim serta oleh katalis seperti tembaga dan besi sehingga semakin
rusak. Seiring dengan penurunan kadar air maka vitamin C juga menurun, hal ini
diakibatkan karena terjadi reaksi enzimatis semakin cepat sehingga asam askorbat
digunakan sebagai sumber energy dan aktivitas metabolisme sayur.
Menurut Muchtadi (1992)kenaikan suhu
sebesar 10oC dalam kisaran 10oC- 38oC akan mempercepat reaksi tersebut sebesar
dua kalinya. Kebalikannya apabila suhu bahan pangan yang baru dipanen segera
diturunkan, penurunan 10oC akan memperlambat reaksi sebesar dua kalinya.
Menurut Apandi (1984), kandungan vitamin
C selama penyimpanan tidak banyak mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena
konsentrasi O2 yang rendah sehingga proses respirasi diperlambat dan perombakan
asam askorbat berkurang, produksi etilen tertunda.
Suhu yang paling rendah (0°C) dan
disertai pengemasan mampu mempertahankankesegaran brokoli. Sehingga memperkecil
laju respirasi CO2, susut berat, kadarair, warna, maupun vitamin C. jadi
sebaiknya brokoli maupun sayuran lainnya disimpan pada ruang pendingin atau
lemari es agar tidak terjadi perubahanperubahan yang nantinya mengakibatkan
kebusukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar